Cowspiracy. Konspirasi Usaha Peternakan?

Tentu semua orang menginginkan kehidupan yang sehat. Bahkan mungkin ada beberapa orang yang menjadi relawan (volunteer) dalam menyelamatkan dunia. Nah orang-orang ini pula yang mungkin tau mengenai penyebab global warming atau perubahan iklim selama ini yang terjadi di dunia.

Tapi benarkan telah mengetahui semua seluk beluk penyebabnya?
Dalam kasus tersebut kamu bisa mengetahuinya dengan menonton film dokumenter Cowspiracy - The Sustainability Secret (2014).

Film ini mengungkap penyebab utama permasalahan lingkungan yang menyebabkan pemanasan global dengan disertai data-data yang memang benar adanya (fakta), yaitu dari bidang peternakan serta besarnya jumlah penangkapan ikan. Perolehan informasi dilakukan melalui proses wawancara dengan organisasi-organisasi terkait, serta orang-orang yang memiliki usaha di bidang tersebut. Tapi kenyataannya beberapa organisasi terkait tidak bisa menjawab kasus tersebut, karena mungkin dipengaruhi pula oleh kepentingan bisnis dan politik.

Tentu hal ini pula yang membuat saya tertarik untuk menonton film ini, karena saat ini pula saya sedang mengemban ilmu peternakan. Awalnya saya memang mengetahui pengaruh peternakan terhadap global warming, karena memang saya pelajari juga di perkuliahan. Tapi saya tidak menyangka bahwa itu merupakan penyebab utama dan berkontribusi cukup besar, dimana dalam film tersebut dijelaskan 51% usaha peternakan mempengaruhi pemanasan global dari efek rumah kaca yang dihasilkan. Sedangkan yang umumnya telah kita ketahui penyebab pemanasan global lain adalah gas CO2 dari transportasi, industri pabrik, itu hanya menyumbang sebesar 18% efek rumah kaca yang dihasilkan. Hal ini karena hewan ternak, terutama sapi menghasilkan gas metana akibat dari hasil proses pencernaannya.

Tidak hanya itu, disini dijelaskan pula pengaruh lainnya yaitu dampak pemberian pakan ternak mempengaruhi jumlah penggunaan air yang diperlukan serta menurunnya hutan hujan di dunia, termasuk Indonesia. Menurunnya hutan hujan tersebut karena lahan yang awalnya hutan akan diubah menjadi lahan penggembalaan ternak ataupun lahan penanaman untuk pakan ternak.

Akhir dari film tersebut usaha dalam menyelamatkan dunia yang akan menghasilkan pengaruh yang besar adalah dengan tidak memakan hasil produk peternakan, seperti daging, telur, susu, dan olahannya, dengan kata lain menjadi seorang vegetarian. Dengan catatan untuk menghasilkan pengaruh yang besar, perlu seluruh orang di dunia ini melakukannya. Tentu hal ini susah untuk dilakukan, mengutip dari Cowspiracy, "I could never go vegan" - said almost every vegan (before going vegan).

"You can't be an environmentalist and eat animal products, period. Kid yourself if you want. If you want to feed your addiction, so be it, but don't call yourself an environmentalist" -Howard Lyman

Hmm. Semakin menarik!

Menurut saya, dalam film ini memang tidak ada yang salah dimana mengajak kita untuk selalu berusaha menyelamatkan dunia. Yap dunia kita semua. Hal ini memang berat untuk dibahas.

Namun, pada hakikatnya gas metana ini tidak sepenuhnya dihasilkan oleh hewan ternak saja. Selain itu para ahli peternakan pun selalu berusaha untuk meminimalisir sampah yang dihasilkan oleh usaha peternakan, dimana usaha ini bahkan merupakan usaha zero waste karena semua yang dihasilkan oleh usaha tersebut dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya. Salah satunya, kotoran ternak mengandung zat organik yang dapat digunakan sebagai pupuk untuk tanaman, selain itu dapat dijadikan sebagai energi untuk memasak bagi manusia. Selain itu baik limbah darah, jeroan, bulu, dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak dengan catatan harus diolah terlebih dahulu dan diberikan dalam jumlah yang sedikit dan terkontrol.

Berdasarkan hal-hal tersebut tentu para ahli akan selalu terus berusaha dalam menangani kasus-kasus seperti ini.

Kemudian untuk masalah pakan, para ahli pun telah banyak melakukan penelitian dan percobaan mengenai pemanfaatan limbah menjadi pakan ternak. Tujuan utamanya adalah pakan ternak tidak bersaing dengan makanan manusia.

Selain itu, jangan juga menyalahkan ternak ataupun peternaknya sendiri. Mari bercermin, bagaimana perilaku manusia, terutama dalam ketamakan. Hal ini pula yang mendorong usaha peternakan untuk menghasilkan produk yang harus dapat memenuhi permintaan konsumen di dunia. Apalagi jika bermain logika, mungkin hewan ternak telah ada sebelum alat transportasi dan sejenisnya ada, dimana dunia masih baik-baik saja.

Jika saya boleh berpendapat, semua ini ada tidak lain untuk menciptakan keselarasan dan harmoni alam. Selain itu, tidak ada salahnya juga menjadi vegetarian. Semuanya kembali ke diri masing-masing.

Berusaha di bidang peternakan memang memiliki beban yang besar.
"The ultimate goal of farming is not the growing of crops, but the cultivation and perfection of human beings". -Masanobu Fukuoka

*Mohon maaf apabila saya salah berucap, karena saya pun masih dalam proses pembelajaran.
Semoga semuanya bisa mengambil hal positif dan dapat mengambil jalan yang terbaik. Cheers!

8 komentar:

  1. Iya yak, aku baca di mana gitu katanya pup atau sendawa sapi bisa menghasilkan gas metana yang akhirnya bikin global warming.

    Tapi gimana dong anak anak yang bergantung sama susu formula, kalok sapi jumlahnya dikit? Terus berkurban jugak jadinya harganya melambung kan. Wkwkwk.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Informasi itu emang bener kok, itupun kalo ga ditindak lanjuti segera bisa jadi penyebab global warming.

      Nah, intinya semuanya harus kerja sama antara peternak, pengusaha, sama pemerintah. Mereka harus cari solusi bareng-bareng yang bisa bawa bangsa ini lebih maju di sektor peternakannya.

      Loh jadi informatif gini saya wkwk✌

      Hapus
    2. Justru seharusnya anak lepas dari susu sapi. Cows' milk for cows' children. Humans' milk for humans' children

      Hapus
    3. Oh maksudnya anak manusia ya disini? Anak manusia lepas dari susu sapi?
      Mungkin sulit ya untuk merealisasikan keinginan tersebut, dimana manusia harus bisa hidup tanpa mengkonsumsi susu sapi. Saat baru lahir, anak manusia otomatis akan langsung diberikan asi dari ibunya, begitupun dengan anak sapi. Namun saat manusia dewasa, ia tentu masih membutuhkan protein hewani untuk menunjang kehidupannya, dan susu sapi lah salah satu yang memiliki kandungan protein tinggi. Disamping susu pun, masih banyak olahan bahan makanana yang tidak terlepas dari susu sapi (dairy product).

      Selain itu, jika dilihat dari sisi peternakannya, jika susu sapi hanya diberikan untuk anak sapi, tentu usaha peternakan akan sangat rugi. Pasalnya, sapi dewasa tidak lagi membutuhkan susu, namun bagi sang betina tentu ia akan terus menghasilkan susu. Bahkan jika tidak diperah, sapi akan terjangkit penyakit mastitis, dimana kelenjar susu (ambing) akan mengeras dan itu sangat tidak baik, sama sepertihalnya manusia karena keduanya merupakan mamalia. Jika susu sudah diperah, lalu jika tidak dimanfaatkan (ex: konsumsi) manusia, harus dikemanakan?

      Hapus
  2. Wah dari kemarin ini jadi salah satu dokumenter yang mau ditonton tapi gakjadi-jadi. Hehehe. Endingnya jadi vegan gitu sih ya, tapi seru juga sih. Jadi pengin nyari lagi. Hahaha. Thank you ya! \(w)/

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama sama bang Adi!
      Saya juga berniat nyari film dokumenter lain yang seru 😁

      Hapus
  3. Lepas dari daging masih bisa sih. Tapi dari produk susu itu lho... Ya Allah, harus kuat iman ini 😅

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya betul juga, terlebih produk susu turunannya juga banyak.
      Tapi nyatanya memang susah juga untuk lepas dari protein hewani karena kebutuhannya untuk tubuh manusia.

      Hapus

Diberdayakan oleh Blogger.