Senyuman.

Waktu istirahat telah tiba, keadaan kelas pun menjadi ramai dengan keasikan teman-teman yang sibuk sendiri. Entah dengan obrolan gosipnya, pergi ke kantin, main gadget bersama, pacaran, tingkah laku jahil, mengerjakan tugas atau sekedar membaca buku, bahkan ada yang sempat-sempatnya tidur di kelas.

Aku sendiri memanfaatkan waktu istirahat tersebut dengan berkumpul bersama teman-teman, dan membahas tentang kelulusan sekolah. Terkadang aku juga melihat keadaan kelas.

Tak sengaja mataku kemudian tertuju pada seseorang yang sebelumnya telah memperhatikan lama ke arah kami. Ia seorang yang jarang sekali berbicara. Bukan, bukan karena dia seorang yang pendiam. Bahkan temannya pun terbilang banyak. Hanya saja sikapnya memang seperti itu sejak dulu ku mengenalnya. Tak lama senyumnya terlihat menyapa diriku, ku balas juga dengan senyuman dan kembali masuk dalam pembicaraan bersama teman-teman. Bel masuk pun kembali berbunyi, kami mengikuti jam pelajaran yang tersisa.


Pulang sekolah merupakan hal yang paling menggembirakan bagi kami, apalagi jika tidak ada tugas tambahan. Aku terbiasa pulang bersama dengan teman-teman, dan diakhiri perpisahan arah jalan pulang yang tidak sama lagi. Hingga tersisa hanya tinggal dua orang saja, termasuk aku di dalamnya.

Saat di perjalanan, teman ku bertemu dengan kenalannya, sehingga aku bersabar menunggunya sampai urusannya selesai. Tak lama kemudian, ada seseorang menghampiri dan membawakan setangkai bunga mawar untuk ku.

Lalu dia berkata, "ini untuk mu".
"Dari siapa?"  tanyaku.
"Ada seseorang yang menitipkannya untuk mu, dari laki-laki disana"  sambil menunjukkan arahnya.

Spontan aku melihat ke arah yang ditunjuknya. Namun tidak sempat untuk melihatnya jelas, karena ia terlanjur berlari dengan sangat cepat menghindari.

"Terima kasih" kataku kepada seorang yang mengantarkan bunga tersebut. Dibalasnya dengan anggukan kepala dan kembali ke tempat semula.

Aku sangat yakin bahwa orang yang memberikan bunga tersebut adalah seseorang yang tadi memberikan senyuman di kelas. Tapi bisa saja aku hanya percaya diri dan merasa istimewa. Bisa saja kan orangnya bukan dia?

Sesaat kemudian aku tidak menyadari bahwa diriku ternyata hanya sedang berada di tempat tidur semata. Tapi perasaan ini terasa benar-benar nyata, bahkan degup dada yang kencang masih terasa saat mataku terbuka.

"Hanya mimpi" gumamku.

Dalam hati ku berharap, semoga ada pertemuan selanjutnya, baik di dunia mimpi atau di dunia nyata.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.